Memahami Urutan Surah Sebelum Ad-Dhuha
Bagi umat Islam, Al-Qur'an adalah pedoman hidup yang tersusun dalam 114 surah. Urutan surah ini telah ditetapkan berdasarkan ketetapan Allah SWT melalui Rasulullah Muhammad SAW. Ketika berbicara mengenai surah sebelum Ad-Dhuha, kita perlu merujuk pada Mushaf Al-Qur'an yang umum digunakan saat ini. Surah Ad-Dhuha sendiri merupakan surah ke-93 dalam urutan mushaf.
Untuk mengetahui surah apa yang mendahului Surah Ad-Dhuha (Surah ke-93), kita harus melihat surah yang berada tepat di posisi ke-92. Urutan ini sangat penting karena mencerminkan susunan wahyu yang diterima dan disusun secara sistematis dalam satu kitab suci.
Alt Text: Ilustrasi yang menunjukkan urutan Surah Al-Lail (92) mendahului Surah Ad-Dhuha (93).
Surah Sebelum Ad-Dhuha: Al-Lail
Surah yang secara spesifik berada tepat sebelum Surah Ad-Dhuha (Surah ke-93) adalah Surah Al-Lail (Surah ke-92). Surah Al-Lail secara harfiah berarti "Malam". Surah ini merupakan bagian dari Juz 'Amma dan termasuk surah Makkiyah, yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.
Surah Al-Lail memiliki 21 ayat. Tema utama yang diangkat dalam surah ini adalah tentang perbedaan jalan hidup manusia di dunia, yaitu jalan orang yang bertakwa dan jalan orang yang durhaka. Allah SWT bersumpah dengan berbagai fenomena alam, seperti malam dan siang, untuk menekankan pentingnya pilihan amal perbuatan seseorang.
Pokok-Pokok Kandungan Surah Al-Lail
Meskipun fokus utama kita adalah urutan, memahami sedikit isi surah sebelumnya membantu memberikan konteks mengapa Ad-Dhuha diletakkan setelahnya:
- Sumpah Allah: Surah dimulai dengan sumpah Allah demi malam apabila menutupi siang, siang apabila menerangi, penciptaan laki-laki dan perempuan.
- Perbedaan Usaha: Menjelaskan bahwa usaha manusia itu berbeda-beda. Ada yang bersedekah dan bertakwa, dan ada pula yang kikir dan merasa cukup tanpa Tuhan.
- Peringatan bagi yang Kikir: Dijelaskan ancaman bagi mereka yang kikir dan mendustakan kebenaran, di mana mereka akan dimudahkan jalannya menuju kesengsaraan.
- Janji bagi yang Bertakwa: Sebaliknya, bagi mereka yang menyumbangkan hartanya untuk mencari keridhaan Allah, maka akan dimudahkan jalannya menuju kebahagiaan akhirat.
Transisi dari Al-Lail ke Ad-Dhuha
Setelah membahas tentang malam dan siang, kontras antara kikir dan dermawan, serta pertanggungjawaban amal, Al-Qur'an kemudian beralih ke Surah Ad-Dhuha (Surah ke-93). Ad-Dhuha berarti "Waktu Duha" atau pertengahan pagi.
Transisi ini sangat menarik secara tematik. Setelah kegelapan (Al-Lail) dan tantangan hidup yang membutuhkan perjuangan (seperti dibahas di Al-Lail), Allah SWT kemudian menurunkan peneguhan dengan bersumpah demi cahaya pagi (Ad-Dhuha). Surah Ad-Dhuha turun untuk menghibur Nabi Muhammad SAW ketika beliau merasa agak terputus dari wahyu sesaat.
Ayat-ayat awal Ad-Dhuha berbunyi: "Demi waktu duha (ketika matahari naik tinggi), dan demi malam apabila telah sunyi (sepi)." Sumpah ini secara implisit mengingatkan kembali kepada siklus waktu yang telah dibahas di Surah Al-Lail, namun kali ini dengan penekanan pada waktu munculnya cahaya dan rezeki setelah kegelapan berlalu.
Mengapa Urutan Penting?
Meskipun banyak ulama sepakat bahwa urutan surah dalam mushaf (tartib mushafi) adalah berdasarkan ketetapan Rasulullah SAW, ada juga pandangan yang mengaitkan urutan tersebut dengan konteks historis turunnya wahyu (tartib nuzuli). Namun, dalam praktik ibadah dan pembacaan sehari-hari, kita mengikuti urutan yang ada di Mushaf.
Memahami surah sebelum Ad-Dhuha, yaitu Surah Al-Lail, memberikan wawasan bahwa Al-Qur'an tersusun secara koheren. Setiap surah menjadi jembatan menuju surah berikutnya, meskipun terkadang perbedaan tema antar surah terlihat jelas. Al-Lail menekankan konsekuensi pilihan di malam hari, sementara Ad-Dhuha membawa pesan penghiburan dan janji rezeki di pagi hari, menguatkan kepercayaan bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan.
Secara ringkas, jika Anda mencari surah yang terletak tepat sebelum Surah Ad-Dhuha (93), jawabannya adalah Surah Al-Lail (92). Membaca kedua surah ini secara berurutan memberikan pengalaman mendalam mengenai bagaimana Allah menyusun wahyu-Nya untuk membimbing manusia melalui berbagai fase kehidupan, dari kegelapan malam menuju cahaya pagi.